Minggu, 12 Juli 2015

Guru Matapelajaran Kosong (GMK)



“Ngomong-ngomong, siapa guru SMAmu yang paling mengesankan?,” tanya Pras ketika makan malam di rumah kost. Waktu itu ujian SMA sudah selesai, tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Pras adalah teman kost yang sekolah di SPGN (Sekolah Pendidikan Guru Negeri) Purwokerto, SPG yang  cukup terkenal di berbagai kota di Jateng dan siswanya banyak dari luar kota. Untuk menjadi guru SD di masa itu tidak perlu kuliah, cukup menempuh SPG  yang setara dengan SMA, begitu lulus bisa meneruskan kuliah atau langsung menjadi guru SD.

Guru SD adalah profesi yang sangat didambakan oleh para orang tua di pedesaan. Mereka khususnya para petani mendambakan anaknya jadi guru, sebuah profesi yang sangat terhormat. Namun bagi kalangan perkotaan profesi guru , khususnya guru SD kurang menarik. Lagu berjudul Umar Bakri yang didendangkan Iwan Fals, di masa itu  ikut mempengaruhi persepsi publik soal guru yang hidup jujur berbakti, tapi makan hati.  Jadi tak sedikit siswa SMA negeri yang merasa derajatnya lebih tinggi dari SPG.  Sebaliknya, meskipun siswa SPG Purwokerto yang merupakan hasil seleksi ketat, banyak yang merasa kurang keren dibanding SMAN Purwokerto.

Tapi Pras tidak demikian. Ia anak SPG yang rendah hati  sekaligus banyak gaul.  Sifatnya banyak bertanya tentang pengetahuan umum dan juga soal IPA. Itu sebabnya ia cukup dekat denganku.  Hobynya main gitar, dengan tingkat keahlian pas-pasan sepertiku.  Tapi dia cukup berani bernyanyi di panggung, disertai tepuk tangan meriah, bukan karena bagusnya, tapi karena kenekatannya hehehe.

“Guru yang paling mengesankan adalah Guru Matapelajaran Kosong,” aku menjawab sambil tertawa.
“Hahaha, dasar malas sekolah,”

Meskipun sambil tertawa, namun “mata pelajaran Kosong” di sekolah ku , khususnya bagiku, punya kesan tersendiri.


Begini ceritanya. Dalam satu hari, kami berada di sekolah menempuh 6-7 jam pelajaran. Di Hari Jumat hanya 5 jam pelajaran.Di tengah-tengah pelajaran kadang ada satu jam pelajaran yang kosong karena gurunya sedang bertugas di tempat lain atau berhalangan karena sesuatu hal. Kalau mata pelajaran kosong itu jam terakhir, kami bersorak karena bisa pulang mendahului kelas lain. Namun jika yang kosong di tengah-tengah, ketua kelas berusaha mencari guru jam pelajaran terakhir supaya jadwal mengajarnya bergeser lebih awal. Jadi jam pelajaran terakhir kosong dan bisa pulang duluan.

Entah darimana mulainya, tugas ketua kelas di sekolahku memang begitu, mencari guru di saat pelajaran kosong agar bisa pulang gasik. Jika dia serig berhasil melobi guru supaya mengiri pelajaran kosong demi pulang gasik, maka periode sebagai ketua kelas bisa diperpanjang sampai kapanpun.  Saya yakin banget seperti itu. Dan selama ini yang saya tahu, ketua kelas yeg terpilih hampir bisa dipastikan bukan anak yang paling tinggi nilai raportnya melainkan yang bisa dekat dengan guru.

Ya, dari dulu sepertinya sekolah itu bukan menuntut ilmu, tapi menuntut pulang lebih cepat dan menuntut libur lebih lama. Kami sekolah dengan membayar tapi tidak ingin berlama-lama di sekolah. Yang menyenangkan di sekolah adalah persahabatan bukan pelajaran, apalagi ujian. Adat kami memang seperti itu. Inginnya sering pulang gasik, kalau perlu sering libur, tapi tetap pintar.

Nah, tak jarang, pelajaran kosong itu benar-benar kosong karena tidak ada guru yang bisa mengisi kekosongan itu. Di saat seperti itu kami siap bersenda gurau dengan teman sekelas untuk mengisi waktu kosong. Teman yang rajin, jam kosong dipakai untuk mengerjakan PR-S, alias pekerjaan rumah yang dikerjakan di sekolah. Kalau ada yang seperti itu, biasanya ada yang menegur,"Dilarang mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah." Tentu saja itu bercanda.

Ada satu guru yang suka mengisi pelajaran kosong di kelas manapun selagi ia punya waktu, tanpa harus diminta oleh ketua kelas. Ia seperti guru serba bisa. Jika pelajaran Kimia yang kosong, ia bisa bicara Ilmu Kimia. Kalau guru Matematika tidak masuk, ia bisa ke kelas bicara soal matematika. Banyak siswa yang takut jika guru ini masuk, tapi anehnya aku asyik-asyik saja jika dia hadir saat kami sedang menikmati kebebasan akibat ada guru yang tidak mengajar.  Guru tersebut kami juluki Guru Matapelajaran Kosong, disingkat GMK. Ia bisa tiba-tiba nyelonong langsung masuk ke kelas yang kosong dan memberi ceramah kepada para siswa.

Namanya Soediro Wirohartono yang dijuluki Mr GMK. Ia adalah  mantan guru biologi yang menjadi kepala sekolah kami. Karena menjadi kepala sekolah, ia tidak lagi mengajar. Karena tidak mengajar,  ia sering keliling ke kelas-kelas untuk memantau dimana kelas yang kosong. Entahlah, apa memang seperti itu tugas kepala sekolah.

Beda dengan guru pada umumnya yang mengisi pelajaran seperti buku yang sedang berbicara, Pak Diro mengisi ceramah seperti seorang motivator. Sayang nya ia terlalu sering mengulang petuah bijaknya sehingga sebagian siswa bosa mendengar kata-kata motivasinya. Apalagi sebagai mantan tentara pelajar, ia sering bersikap keras kepada siswa yang melanggar aturan sekolah. Oya, istilah motivator tidak dikenal di era tahun 80an, setidaknya bagi saya dan teman-teman.

Hari itu kelas ku hiruk pikuk tidak karuan. Beberapa siswa tampak ngerumpi soal acara TVRI tadi malam, tentang Aneka Ria Safari yang menampilkan artis Rinto Harahap, Betharia Sonatha, Dedy Dukun, Rano Karno. Beberapa anak yang rajin belajar tampak asyik berdiskusi tentang peajaran.

Rinto Harahap adalah pengarang lagu paling produktif di tahun 1980an. Dikenal sebagai pencipta lagu cengeng. Ia banyak dikritik oleh anak-anak yang merasa keren dan modern, tapi popularitas lagu-lagunya tak terkalahkan. Ia rajanya lagu cengeng. Aku pikir, ia memang layak punya pengikut jutaan rakyat Indonesia yang kala itu sedang terbelenggu oleh era pemerintahan yang otoriter. Saya sebut otoriter bukan bahasa politik, ini hanya sekedar kekesalan, kenapa  lihat TV di saat aku SMA yang ada hanya satu, TVRI.  Beliau Bapak Presiden konon belum berkenan memberi izin TV swasta. Ya sudah, pagi siang malam, hanya bisa nonton acara TV. Sampai-sampai lagu cengeng pun bisa terdengar enak ditelingaku. Cengeng bisa jadi langkah yang bijak di masa otoriter hehe, nggak ada hubungannya kali.

Aku mengintip keluar jendela, terlihat sesosok manusia berjalan tegap, langkahnya cepat dan tegap seperti tentara, namun wajahnya tak bisa menyembunyikan usianya yang sudah mencapai 50an tahun. Sebagian rambutnya memutih. Meskipun guru, ia lebih bersikap seperti militer. Kebanggaannya sebagai mantan tentara pelajar sering disampaikan di berbagai kesempatan.

Ia berjalan menuju kelasku yang ramai karena guru biologi tidak hadir. Teman saya Adi dan Kus yang duduk persis di belakangku dan sedang lempar-lemparan kapur tulis bekas, segera menghentikan aktivitasnya dan kembali ke tempat duku dengan sedikit terrengah-engah.

Emh, kapur tulis. Iya, ini produk di jaman saya SMA. Belum ada white board. Guru harus menulis di papan tulis hitam, dengan kapur tulis putih.
Keriuhan kelas segera terhenti, ketika pak Sudiro tiba-tiba nyelonong masuk.
Pelajaran apa hari ini?
Biologi Pak”

Seperti sebuah reflek, Pak Diro langsung mengambil kapur yang setengah membelakangi siswa, ia menulis satu kata ; “biologi” di ujung kiri atas papan tulis yang posisinya lebih tinggi dari badannya.

Ia mengenakan pakaian safari warna coklat, khas pejabat yang ingin tampil berwibawa.
Kalian tahu apa perlunya biologi untuk masa depan kalian?,” tanyanya serius.
Semua siswa terdiam. Entah kenapa kalau Kepsek bicara, semua siswa terdiam, seperti terhipnotis oleh wibawanya. Ada yang takut, ada yang bingung, ada yang  diam karena memberikan penghormatan untuk pimpinan sekolah.

Pertanyaanya ke siswa, kerap kali menyadarkan saya bahwa selama ini saya kurang kritis. Cuman sayangnya, semua pertanyaan penting dan mendasar itu tak pernah muncul di soal ulangan. Itu sebabnya siswa sering mengganggap betapa tidak pentingnya  diberi pelajaran oleh Mr GMK.

“Jadi kalian selama ini tidak pernah bertanya, apa gunanya Biologi?” kembali ia bertanya.
"Kalau masuk kedokteran, Biologi itu penting pak," seorang di belakang mencoba berani menjawab.
Ya bagus. Ada lagi?
Kalau kalian belajar biologi, lihatlah betapa banyak tanaman, buah-buahan yang dibuang begitu saja. kelak ilmu biologi akan memberikan jawabannya. Dan kalianlah kelak yang bisa mendalami ilmu ini.” Urainya sampai sesekali berharap ada siswa lain yang menunjukkan jari untuk menjawab pertaanyaannya.

Coba kalian pikirkan, apakah benar pace (mengkudu) yang di halaman belakang itu buahnya tak berguna, sehingga dibuang begitu saja?
Pasti kelak akan ditemukan manfaatnya. Kelak mengkudu mungkin jadi tanaman obat, atau apapun. Kalian akan mampu menjawabnya jika mendalami Biologi”, urainya.
“Kalian pasti bertanya, bagaimana cara menemukannya manfaat menggkudu.
Begini.

Pak Diro langsung menjelaskan tentang klasifikasi tanaman, teknik analisa laboratorium, cerita tentang bagaimana penemuan Louis Pasteur tentang bakteri dan  Thomas Alva Edison yang harus menemukan lampu pijar melalui 1000 kali percobaan.

Louis Pasteur kata Pak Diro, adalah seorang ahli kimia dan mikrobiologi kelahiran Perancis yang terkenal karena penemuannya tentang prinsip vaksinasi, fermentasi mikroba dan pasteurisasi. Dari hasil penemuannya berupa vaksinasi ia telah berhasil menurunkan angka kematian akibat penyakit rabies dan antraks.

Penemuan medisnya memberikan dukungan langsung untuk teori kuman penyakit dan penerapannya dalam klinis kedokteran. Dia dikenal masyarakat karena penemuannya tentang teknik pengolahan susu dan anggur untuk menghentikan kontaminasi bakteri, yang disebut pasteurisasi. Ia dianggap sebagai salah satu dari tiga pendiri utama bakteriologi , bersama dengan Ferdinand Cohn dan Robert Koch, dan dikenal sebagai "bapak mikrobiologi".

Soal mengkudu Pak Diro menyinggung soal banyaknya spesies mengkudu yang termasuk genus Morinda. “Kalian perlu tahu, terdapat sekitar 80 spesies tanaman yang termasuk dalam genus Morinda,” ujarnya.

Morinda tumbuh di pulau-pulau besar maupun kecil, di antaranya Indonesia, Malaysia dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan Lautan Pasifik. Hanya sekitar 20 spesies Morinda yang mempunyai nilai ekonomis, antara lain: Morinda bracteata, Morinda officinalis, Morinda fructus, Morinda tinctoria dan Morinda citrifolia. Morinda citrifolia adalah jenis yang paling populer, sehingga sering disebut sebagai "Queen of The Morinda". Spesies ini mempunyai nama tersendiri di setiap negara, antara lain Noni di Hawaii, Nonu atau Nono di Tahiti, Cheese Fruit di Australia, Mengkudu di Indonesia dan Malaysia,” Pak Diro menguraikan ilmunya yang tidak ad adi mata pelajaran Biologi.

“Pak Diro kelihatan sangat pintar, mungkin karena sebagai guru biologi yang mencintai profesinya, ia  banyak membaca buku-buku biologi,” pikirku.

Belakangan saya menyadari,  pelajaran kosong itu justru sangat membekas di pikiranku. Meski yang dibahas pak Diro tidak pernah keluar di ulangan, aku  merasa senang dengan pengetahuan yang sulit dilupakan.

Memasuki abad 21 ketika mengkudu mendadak menjadi populer sebagai salah satu tanaman obat dengan berbagai produk berlabel Noni, ingatan saya kembali ke masa  pelajaran kosong di sekolah ku. ***(masih draft)

0 komentar:

Posting Komentar