Novel Camellia Karya Bambang Suharno

Terinspirasi dari lagu Camellia karya Ebiet G Ade yang melegenda di tanah air.

Disusun Untuk Menghargai Karya Ebiet G Ade

Sang Maestro yang menghasilkan puisi dan laku yang tak lekang oleh zaman

Di Tengah Hiruk Pikuk Kehidupan

Aku Harus menyepi untuk menggali jawaban yang tersembunyi

Dunia yang gemerlap

Hanyalah hiasan

Kadang kita perlu menikmati

Sejenak tentang makna hidup yang belum kita ketahui

Minggu, 10 Januari 2016

Seraut Wajah Pejuang



…………………………………….
Pengorbanan yang tak sia-sia
untuk negeri yang dicintai, dikasihi.
Tangan dan kaki rela kau serahkan
Darah, keringat rela kau cucurkan
Bukan hanya untuk ukir namamu
Ikhlas demi langit bumi
bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah
(Seraut Wajah, Ebiet G Ade)


Alkisah, di jaman dahulu ketika negeri bernama Indonesia belum lahir, Kerajaan Galuh Pakuan (Padjadjaran) yang dipimpin oleh Adipati Munding Wilis sempat dilanda kekeringan besar.  Kerajaan Padjadjaran adalah kerajaan yang sangat terkenal di wilayah yang sekarang dikenal Jawa Barat. Waktu itu warga negeri Padjadajaran hidup dalam kesulitan. 

Dalam keadaan seperti itu, istri Adipati Munding Wilis yang sedang hamil meminta untuk dicarikan daging kijang berkaki putih.  Adipati pun tidak dapat menolak permintaan istrinya yang sedang hamil itu.  Segera saja sang Adipati pergi ke hutan bersama para punggawanya.  Dia menaiki kuda yang bernama Dawuk Mruyung.  Telah lama dicari,  kijang berkaki putihpun tak juga ditemui.  Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah perkampungan para perampok.

Kampung perampok itu dipimpin oleh Abulawang.  Setelah mengetahui dari anak buahnya bahwa yang datang adalah Adipati Munding Wililis beserta punggawanya yang membawa bekal banyak, gembong perampok itu segera menyiapkan pasukan.  Mereka hendak merampas bekal sang Adipati.  Dan, perangpun terjadi antara pasukan Adipati dan pasukan Abulawang.  Perang tersebut dimenangkan oleh kawanan perampok Abulawang.  Adipati dan punggawanya diperkenankan pulang ke Kadipaten Galuh.  Sang Adipati pulang dengan berjalan kaki karena kuda miliknya juga ditawan.  Perampok Abulawang sangat puas mendapatkan harta rampasan yang berlimpah.