"Maaf kan aku Bram..," Camellia tidak melanjutkan kalimatnya.
Matanya berkaca-kaca. Ia melihatku sejenak, kemudian menengok ke samping, matanya yang agak sipit dengan bulu matanya yang lentik mengarah keluar jendela. Tampak kegelisahan mendera tubuhnya.
Gelas es jeruk kesukaannya yang tinggal terisi setengah, agak bergoyang sedikit karena tangan Lia yang tidak tenang di atas meja. Hampir saja ia menumpahkannya, ketika ia bermaksud mengambilnya untuk mencoba kembali menikmatinya.
Aku tahu, ia tidak sedang menikmati es jeruk. Ia hanya ingin sedikit lebih tenang. Bibirnya mencoba tersenyum semanis mungkin, meski tak bisa menyembunyikan kegalauannya.
Sementara aku, yang duduk di hadapannya berusaha untuk tidak lagi berharap sesuatu darinya. Sesuatu yang sejatinya akan membuat aku belajar jadi lelaki dewasa.
Aku mestinya mencoba berperan seperti Galih yang berhadapan dengan Ratna di film Gita Cinta Dari SMA yang dibintangi Rano Karno dan Yessi Gusman, yang sangat populer di era tahun 1980an itu. Faktanya tidak demikian. Hmmm, ini memang bukan film. Hidup ini tidak perlu berharap seperti cerita film, bahkan dunia nyata biasanya bertolak belakang dengan cerita film.